Disneyland 1972 Love the old s
Bismilah
PERANG MU'TAH
Peperangan ini terjadi pada
bulan Jumadil Ula tahun ke-8
Hijrih. Mu‘tah adalah sebuah
desa yang terletak di
perbatasan Syam. Desa ini sekarang bernama Kirk.
Yang menjadi sebab terjadinya
peperangan ini ialah terbunuhnya
Al-Harits bin Umair al Azdi, utusan
Rasulullah saw kepada raja
Basrah. Setelah Rasulullah saw menyerukan kaum Muslimin agar
berangkat menuju Syam, dengan
serta merta berkumpullah
sebanyak 3000 tentara kaum
Muslimin yang siap berangkat ke
Mu‘tah. Rasulullah saw tidak ikut serta
bersama mereka. Dengan
demikian anda tahu bahwa ini
bukan ghazwah, tetapi hanyalah
sariyah, namun hampir semua
ulama sirah menamakannya ghazwah karena banyaknya
jumlah kaum Muslimin yang
berangkat dan arti penting yang
dikandungnya. Rasulullah saw
berpesan kepada mereka: "Yang
bertindak sebagai Amir (panglima perang) adalah Zaid bin Haritsa.
Jika Zaid gugur, Ja‘far bin Abu
Thaalib penggantinya, bila Ja‘far
gugur, Abdullah bin Rawahah
penggantinya. Dan jika Abdullah
bin Rawahah gugur maka hendaklah kaum Muslimin memilih
penggantinya.“ Selanjutnya Nabi
saw mewasiatkan kepada
mereka agar sesampainya di
sana mereka mengajak kepada
Islam dan jika mereka menolak langsung menyerang dengan
meminta pertolongan Allah.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah
saw bersama beberapa
sahabatnya mengucapkan
selamat jalan kepada semua pasukan dan para komandan
mereka ketika keluar dari
Madinah. Pada saat itu Abdullah
bin Rawahah menangis tersedu-
sedu. Orang-orang kemudian
bertanya: “Apa yang menyebabkan anda menangis?“
Ia menjawab: “Demi Allah, bukan
karena saya cinta dunia juga
bukan karena perpisahan dengan
kalian, tetapi aku pernah
mendengar Rasulullah saw membaca salah satu ayat al-
Quran yang menyebutkan
neraka: “Dan tidak ada seorang
pun di antaramu, melainkan
mendatangi nereka itu. Hal itu
bagi Rabb-mu adalah suatu kepastian ynag sudah
ditetapkan.“ (QS Maryam 71 )

Aku tidak tahu apakah akan
kembali setelah mendatanginya.
Keitka pasukan itu berangkat,
kaum Muslimin mengucapkan do‘a: “Semoga Allah menyertai
kalian, melindungi kalian, dan
mengembalikan kalian pulang
dalam keadaan baik-baik.“
Kemudian Abdullah bin Rawahah
mengatakan : Tetapi aku memohon ampunan
kepada ar-Rahman dan tebasan
pedang yang mengakhiri
kehidupan atau lemparan tombak
ke arah dada menembus lambung
dan jantung agar orang yang menziarahi pusaraku berdo‘a
Semoga Allah melimpahkan
petunjuk dan karunia-Nya
kepada orang yang telah
berperang.
Setelah kaum Muslimin bergerak meninggalkan Madinah, musuhpun
mendengar keberangkatan
mereka, kemudian
mempersiapkan pasukan besar
guna menghadapi kekuatan kaum
Muslimin. Heraclius mengerahkan lebih dari 100.000 tentara
Romawi sedangkan Syurahbil bin
Amer mengerahkan 100.000
tentara yang terdiri dari kabilah
Lakham, Juzdan, Qain dan
Bahra‘. Mendengar berita ini, kaum
Muslimin kemudian berhenti
selama dua malam di daerah
bernama Muan guna
merundingkan apa yang
seharusnya dilakukan. Beberapa orang diantaranya berpendapat:
"Sebaiknya kita menulis surat
kepada Rasulullah saw
melaporkan kekuatan musuh.
Mungkin beliau akan menambah
kekuatan kita dengan pasukan yang lebih besar lagi, atau
memerintahkan sesuatu yang
harus kita lakukan. Tetapi
Abdullah bin Rawahah tidak
menyetujui pendapat tersebut.
Bahkan ia mengobarkan semangat pasukan dengan
ucapan berapi-api :
"Hai saudara-saudara, kalian
tidak menyukai mati syahid yang
menjadi tujuan kita berangkat
ke medan perang ini! Kita berperang tidak mengandalkan
banyaknya jumlah pasukan atau
besarnya kekuatan, tetapi
semata-mata berdasarkan
agama yang dikaruniakan Allah
kepada kita. Karena itu marilah kita maju! Tidak ada pilihan lagi
kecuali salah satu dari dua
kebajikan : Menang atau mati
syahid."
Pasukan kedua belah pihak
bertemu di Kirk. Dari segi jumlah personil dan senjata, kekuatan
musuh jauh lebih besar dari
kekuatan kaum Muslimin. Zaid bin
Haritsah bersama kaum Muslimin
bertempur menghadapi musuh
hingga ia gugur di ujung tombak musuh, kemudian Ja‘far
mengambil alih panji peperangan
dan maju menerjang musuh
dengna berani. Di tengah
sengitnya pertempuran ia turun
dari kudangnya lalu membunuh, melesat menerjang pasukan
Romawi seraya bersyair:
Alangkah dekatnya surga
Harumnya semerbak dan segar
minumannya
Kita hujamkan siksa ke atas orang-orang Romawi yang kafir
nun jauh nasabnya
Pastilah aku yang memeranginya
Ia terus bertempur sampai
tertebas oleh pedang orang
Romawi yang memotong tubuhnya menjadi dua. Di
tubuhnya terdapat lima puluh
tusukan, semuanya di bagian
depan. Kemudian panji
peperangan diambil alih oleh
Abdullah Rawahah. Ia maju memimpin pertempuran seraya
bermadah :
Wahai jiwa, engkau harus terjun
dengan suka atau terpaksa
Musuh-musuh telah maju ke
medan laga Tidakkah engkau rindukan surga
Telah lama engkau hidup tenang
Engkau hanya setetes air yang
hina
Ia terus bertempur sampai gugur
menjadi syahid. Kemudian kaum Muslimin menyepakati Khalid bin
Walib sebagai panglima perang. Ia
kemudian menggempur musuh
hingga berhasil memukul mundur.
Pada saat itulah Khalid mengambil
langkah strategis menarik tentaranya ke Madinah.
Imam Bukhari meriwayatkan dari
Anas ra bahwa sebelum kaum
Muslimin mendengar berita
tewasnya tiga panglima perang
mereka, Rasulullah saw menyampaikan berita gugurnya
Zaid, Ja‘far dan Ibnu Rawahah
kepada mereka kemudian
bersabda: “Zaid memegang panji
kemudian gugur. Panji itu diambil
oleh Ja‘far dan iapun gugur, Panji itu diambil oleh ibnu
Rawahah ia pun gugur pula …“
Saat itu beliau meneteskan air
mata seraya melanjutkan
sabdanya: “..akhirnya panji itu
diambil oleh "pedang Allah“ (Khalid bin Walid) dan
akhirnya Allah mengaruniainya
kemenangan kepada mereka
(kaum Muslimin)“

Hadits ini sebagaimana anda
ketahui menunjukkan bahwa pada akhirnya Allah memberikan
dukungan kemenangan kepada
kaum Muslimin, tidak
sebagaimana dikatakan sebagian
perawi sirah bahwa kaum
Muslimin terpukul mundur dan kucar-kacir sehingga setelah itu
kembali ke Madinah. Barangkali
maksud orang-orang yang
mengatakan hal ini ialah bahwa
kaum Muslimin tidak mengejar
tentara-tentara Romawi dan para pendukungnya pada saat
mereka mundur dari posisi-posisi
mereka, karena khawatir
terhadap kaum Muslimin,
kemudian kembali ke Madinah.
Tak pelak lagi ini merupakan strategi bijaksana yang diambil
oleh Khalid bin Walid ra.
Ibnu Hajar berkata: Di dalam al-
Maghazinya buku sirah yang
sangat terpercaya Musa bin
Uqbah menyebutkan: Kemudian panji itu diambil oleh Abdullah bin
Rawahah, dan ia pun gugur.
Kemudian kaum Muslimin
mengangkat Khalid bin Walid
(sebagai panglima perang) dan
akhirnya Allah mengalahkan musuh dan memenangkan kaum
Muslimin. Imad bin Katsir
berkata : Dapat disimpulkan
bahwa Khalib bin Walid mengatur
strategi dengan membawa
mundur kaum Muslimin dan bertahan. Kemudian keesokkan
harinya ia mulai mengubah posisi
pasukan, yang tadinya di sayap
kanan dipindahkan ke sayap kiri
dan sebaliknya, untuk
memberikan kesan kepada musuh kaum Muslimin mendapat bala
bantuan. Kemudian Khalid
menyerang merkea dan berhasil
memukul mundur, tetapi Khalid
tidak mengejar mereka dan
melihat kembalinya kaum Muslimin (ke Madinah) merupakan
pampasan yang sangat besar“.
Menjelang masuk kota Madinah,
mereka disambut oleh Rasulullah
saw dan anak-anak yang
berhamburan menjemput mereka. Rasulullah saw bersabda :
Ambillah anak-anak dan
gendonglah mereka. Berikanlah
kepadaku anak Ja‘far. Kemudian
dibawalah Abdullah bin Ja‘far
dan digendong oleh Nabi saw. Orang-orang meneriaki dengan
ucapan :
"Wahai orang-orang yang lari !
Kalian lari di jalan Allah“
Tetapi Rasulullah saw
membantah: "Mereka tidak lari (dari medan perang) tetapi
mundur untuk menyerang
kembali insya Allah“.
Beberapa Ibrah :
Diantara hal yang menimbulkan
decak kekaguman dalam peperangan ini ialah perbedaan
besar antara jumlah pasukan
kaum Muslimin dan jumlah
pasukan Romawi yang didukung
oleh orang-orang Musyrikin itu
mencapai 200.000 personil, sebagaimana disebutkan oleh
Ibnu Ishaq, Ibnu Sa‘ad dan
kebanyakan penulis Sirah.
Sedangkan jumlah pasukan
Muslimin tidak mencapai tiga ribu.
Ini berarti jumlah pasukan Musyrikin dan Romawi tidak
kurang dari 50 kali lipat jumlah
pasukan Muslimin.
Perbandingan jumlah yang
sangat tidak seimbang ini jika
anda renungkan menjadikan pasukan Muslimin berada di
hadapan mobilisasi pasukan
secara besar-besaran dari
Romawi dan sekutunya
(Musyrikin Arab), laksana parit
kecil menghadapi lautan bear yang bergelombang. Dari segi
peralatan jauh lebih besar dan
canggih, sementara kaum
Muslimin justru tengah
menghadapi kekurangan dan
paceklik. Anehnya semua ini padahal
mereka berangkat tanpa Nabi
saw dalam sebuah sariyah tidak
menggetarkan kaum Muslimin
bahkan semua kekuatan
tersebut sama sekali tidak dijadikan masalah berat. Padahal
kalau melihat mereka melihat
pasukan yang mengepungnya
niscaya mereka akan seperti
sebuah batu kecil di tengah
padang pasir. Kekaguman kita akan semakin
bertambah besar manakala kita
melihat kaum Muslimin dengan
tegar dan berani menghadapi
peperangan yang tidak seimbang
ini. Amir (Panglima) perang mereka yang pertama, kedua
dan ketiga gugur tetapi mereka
tetap menerjang pintu
Syahadah, sehingga Allah swt
memasukkan rasa takut ke
dalam hati pasukan Musyrikin tanpa adanya sebab yang
terlihat dan akhirnya pasukan
Muslimin berhasil memukul
mundur pasukan Musyrikin dan
membunuh sejumlah besar
tentara mereka. Tetapi semua kekaguman dan
keheranan ini akan segera sirna
manakala kita mengingat apa
yang dapat dilakukan oleh
keimanan kepada Allah, sikap
tawakal semata-mata kepada- Nya dan yakin akan janji-Nya.
Bahkan hal yang mengherankan
bagi kaum Muslimin jika mereka
benar-benar Muslim kalau
mereka tidak seperti itu. Benar-
benar suatu keanehan jika kaum Muslimin menjadikan soal jumlah
personil dan kecanggihan
disamping janji kemenangan dan
dukungan dari Allah atau surga
kenikmatan yang abadi, kaum
Muslimin seperti dikatakan oleh Abdullah bin Rawahah tidak
berperang mengandalkan
banyaknya jumlah pasukan atau
besarnya kekuatan, tetapi
semata-mata berdasarkan
agama yang dikaruniakan Allah kepada kita.

Selain itu, peperangan ini
mengandung sejumlah pelajaran
yang penting, diantaranya :
Pertama,
Tausiyah (pesan) Nabi saw tersebut menunjukkan bahwa
seorang Khalifah atau pemimpin
kaum Muslimin boleh mengangkat
seorang Amir dengan sesuatu
syarat atau beberapa Amir bagi
kaum Muslimin secara berturutan, sebagaimana yang
dilakukan oleh Rasulullah saw
dalam pengangkatan Zaid
kemudian Ja‘far dan Abdullah
bin Rawahah. Para Ulama
berkata: yang benar, apabila seorang khalifah telah melakukan
pengangkatan beberapa Amir
maka pengangkatan
semuanyanya dinyatakan sah
dalam waktu yang sama sekali
secara serentak, tetapi tidak dilaksanakan kecuali sesuatu
urutan.
Kedua,
Tausiyah Rasulullah saw juga
menunjukkan disyariatkan ijtihad
kaum Muslimin dalam memilih Amir mereka, apabila Amir mereka
tidak ada (meninggal). Atau
seorang Khalifah menyerahkan
pemilihannya kepada mereka.
Berkata Ath Thahawi: Ini adalah
dasar yang menegaskan bahwa kaum Muslimin wajib mengajukan
seorang Imam guna
menggantikan Imam ynag tidak
ada sampai ia datang.
Sebagaimana tausiyah ini juga
menunjukkan disyariatkan beberpa ijtihad bagi kaum
Muslimin di masa hidup Rasulullah
saw.
Ketiga,
Seperti anda ketahui bahwa Nabi
saw menyampaikan berita gugurnya, Zaid, Ja‘far dna Ibnu
Rawahah kepada para
sahabatnya seraya kedua
matanya meneteskan air mata,
padahal jarak antara Nabi saw
dan pasukan kaum Muslimin sangat jauh.
Ini menunjukkan bahwa Allah
telah melipat bumi untuk Nabi-
Nya, sehingga beliau bisa melihat
keadaan kaum Muslimin yang
sedang berperang di perbatasan Syam dan peristiwa-peristiwa
yang dialami para sahabatnya. Ini
termasuk perkara luar biasa
yang banyak dikaruniakan Allah
kepada kekasih-Nya.
Hadits itu sendiri menunjukkan betapa kasih sayang Nabi saw
kepada sahabatnya. Bukan hal
kecil seorang Nabi menangis di
hadapan para sahabatnya saat
menyampaikan berita para
syuhada tersebut. Anda tentunya memahami bahwa
menangisnya Rasulullah saw atas
kematian mereka ini tidak
bertentangan dengan sikap ridha
terhadap qadha dan qadar Allah.
Karena sebagaimana dikatkaan Nabi saw, mata ini bisa
meneteskan air mata dan hati
pun bisa bersedih. Itu adalah
kelembutan alamiyah dan ramat
yang difitrahkan Allah kepada
mereka. Keempat,
Hadits penyampaian Nabi saw
tentang berita ketiga orang
Syuhada tersebut mencatat
keutamaan khusus bagi Khalid bin
Walid ra. Rasulullah saw di akhir sabdanya menegaskan kepada
mereka: “Sehingga panji itu
diambil oleh pedang Allah dan
akhirnya mengalahkan mereka.
Peristiwa ini merupakan
peperangan pertama kali diikuti oleh Khalid bin Walid dalam
barisan kaum Muslimin, sebab
belum lama ia menyatakan
dirinya masuk Islam. Dari sini anda
tahu bahwa Nabi sawlah yang
memberikan panggilan "Pedang Allah“ kepada Khalid bin Walid.
Di dalam peperangan ini Khalid ra
telah menunjukkan suatu
kegigihan yang sangat
mengagumkan. Imam Bukhri
meriwayatkan dari Khalid sendiri bahwa ia berkata: “Dalam
perang Mu‘tah, sembilan bilah
pedang patah di tanganku
kecuali sebilah pedang kecil dari
Yaman“. Ibnu Hajar berkata:
Hadits ini menunjukkan bahwa kaum Muslimin telah banyak
membunuh musuh mereka.
Adapun tentang sebab ucapan
kaum Muslimin kepada pasukan
mereka ketika kembali ke
Madinah .“Wahai orang-orang ynag lari! Kalian lari di jalan
Allah“, adalah karena mereka
tidak mengejar terus orang-
orang Romawi yang sudah kalah
itu dan meninggalkan daerah
yang telah direbut melalui peperangan, sebab hal semacam
ini tidak lumrah di kalangan
mereka dalam peperangan-
peperangan yang lain. Khalid
menilai cukup sampai sebatas itu
saja kemudian kembali ke Madinah. Namun seperti anda
ketahui tindakan tersebut
merupakan langkah bijaksana
yang diambil oleh Khalid ra demi
menjaga pasukan Musliin dan
kesan kehebatan mereka (tentara Muslimin) di hati orang-
orang Romawi itu. Oleh sebab itu,
Rasulullah saw membantah
mereka dengan sabda beliau:
“Mereka tidak lari (dari medan
perang) tetapi mereka mundur untuk menyerang balik insya
Allah“.
Sumber :-Daffodil Muslimah

<< kembali------Selanjutnya >>

DAFTAR FILE